Pasang IKLAN BARIS GRATIS! DAFTAR | LOGIN


Adaptasi Arsitektur Jawa Antik Rumah Klasik Syahida’la Amaniyya

    Syahida’la Amaniyya bersama kedua anaknya
    Arsitektur Jawa Antik Rumah Klasik
    Ruang keluarga dengan dekorasi simpel nan nyaman
    Ruang makan dengan dekorasi cantik berkonsep terbuka
    Bathroom kamar utama dengan konsep terbuka

    Seiring perkembangan zaman, maka desain-desain arsitektur pun turut berkembang menyesuaikan selera masyarakat yang cenderung menginginkan sesuatu yang lebih simpel, praktis, dan efisien, termasuk dalam hal hunian. Namun ternyata hal itu tidak membuat model arsitektur klasik kehilangan peminatnya, karena masih banyak orang yang menyukai model arsitektur yang satu ini. Paling tidak eksistensi dari arsitektur klasik masih dapat kita nikmati hingga saat ini. Karena sejarahnya yang panjang itulah, model arsitektur yang satu ini telah banyak melahirkan model-model arsitektur baru yang diadaptasi darinya.

    Salah satu desain arsitektur yang dapat dikembangkan dari konsep rumah tradisional Jawa yaitu desain rumah Jawa kontemporer. Desain tersebut merupakan modifikasi dari gaya bangunan rumah Jawa yang menyesuaikan dengan kebutuhan, baik itu tata ruang, fasilitas, hingga dekorasi pada saat ini. Hal tersebut rupanya yang menjadi inspirasi bagi Syahida'la Amaniyya dalam membangun hunian untuk tinggal bersama keluarga tercinta. “Dari dulu memang saya sangat suka dengan barang-barang lawasan. Hampir setiap pergi ke luar kota pasti saya sempatkan untuk berburu barang-barang antik di kota tersebut. Kebetulan saya juga sudah cukup lama tinggal di Jogja dan sangat suka dengan bentuk bangunan tradisional Jawa. Jadi saat itu saya punya keinginan untuk membangun rumah dengan desain klasik khas rumah Jawa dan tinggal di Jogja. Material-material dari rumah ini juga sudah saya kumpulkan terlebih dahulu, jauh sebelum saya mulai membangun rumah, terutama yang berbahan kayu seperti Joglo, gebyok, pintu, dan jendelanya,” ungkapnya.

    Rumah yang berlokasi di Dusun Bromonilan RT 08/RW 03, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta tersebut nampak begitu unik dengan fasad ala rumah kampung khas Jawa klasik jaman dahulu. Suasana kawasan pedesaan yang masih cukup asri dan tenang sungguh akan memberikan kenyamanan dalam menjalani kehidupan bersama keluarga tercinta. Ditambah dengan lokasinya yang berada tidak jauh dari bendungan sungai membuat nuansa alam nan eksotis begitu terasa. “Kalau kata orang beli tanah atau rumah itu jodoh-jodohan mungkin itu juga yang saya alami waktu mendapat lahan untuk rumah ini. Dulu tanah ini milik ketua RW kampung sini yang awalnya masih sangat sepi dan banyak pepohonan. Tapi melihat lokasinya saya langsung suka, kebetulan juga berada dekat dengan bendungan sungai. Jadi setelah saya beli tanahnya kemudian di tahun 2012 mulai membangun rumah ini dan setelah ditempati saya benar-benar merasa nyaman. Suasananya sangat berbeda jika dibandingkan ketika tinggal di rumah sebelumnya, di sini sangat tenang. Ya, mungkin yang namanya jodoh itu tadi,” imbuh Sally, sapaan akrabnya.

    Fasad depan bangunan rumah yang berdiri di atas lahan seluas 308 m² tersebut nampak begitu sederhana dan menyatu dengan alam sekitarnya yang di dominasi oleh unsur kayu. Terdapat sebuah teras rumah sederhana dengan meja dan kursi kayu klasik sebagai tempat untuk bersantai. Hunian tersebut tidak memiliki pelataran yang luas seperti halnya rumah Jawa pada umumnya. Bagian depan rumah berbatasan langsung dengan jalan perkampungan, dimana pagar rumah menggunakan material kayu natural dipadukan dengan pilar bata ekspos yang tidak terlalu tinggi. Di bagian depan teras juga terdapat taman kecil dengan tumbuhan hijau yang memperkuat kesan natural pada rumah tersebut.

    Memasuki bangunan rumah yang mulai ditempati sejak 2013 tersebut, kesan terbuka dan lapang begitu terasa walaupun rumah tersebut mempunyai luasan yang tidak begitu besar. Ruang keluarga sengaja dibuat tanpa sekat, seolah menjadi satu dengan area ruang utama dan juga dapur, dengan begitu sirkulasi udara di dalam ruangan lebih lancar sehingga membuat suhunya lebih sejuk. Dinding bata ekspos berkelir putih dengan paduan warna coklat natural dari unsur kayu semakin menampilkan kesan klasik pada interior ruangan. Sisi ruang utama tersebut tampil sederhana dengan tanpa mengaplikasikan meja dan kursi sebagai tempat duduk. Selain untuk memaksimalkan space ruangan agar tidak terkesan sempit, rupanya Sally dan keluarganya lebih menyukai duduk lesehan dengan karpet ketika berkumpul menghabiskan waktu di ruangan tersebut. Sebuah nakas kayu lawas dengan televisi di atasnya menjadi sarana hiburan keluarga ketika bersantai di ruang keluarga. Beberapa pernik dekorasi bertema vintage dan sebuah lampu gantung klasik sebagai penerangan area ruang keluarga semakin mempercantik tampilan dekorasi di dalamnya.

    Pada sudut ruang keluarga, terdapat sebuah kamar tidur utama dengan nuansa simpel nan nyaman khas rumah Jawa. Tidak banyak furnitur maupun dekorasi yang diaplikasikan pada kamar tersebut. Hanya nampak sebuah tempat tidur tanpa ranjang yang bersanding dengan sebuah almari kayu minimalis bernuansa putih. Hal menarik justru nampak pada bathroom kamar utama yang didesain semi terbuka dengan dekorasi Jawa nan klasik dari aplikasi dinding bata ekspos dan jendela kuno. Kamar mandi tersebut memiliki fasilitas bathup dengan batuan alam yang memberikan kesan natural di dalamnya. “Dulu awal membangun rumah ini saya memang ingin punya kamar mandi dengan konsep yang semi outdoor karena di sekitar sini masih banyak pepohonan jadi suasananya juga sejuk. Untuk dekorasinya sengaja dikombinasikan antara klasik dan natural, ditambah dengan beberapa fasilitas kamar mandi modern untuk menunjang kenyamanan di dalamnya,” ujar wanita asal Kalimantan tersebut.

    Masuk lebih ke dalam area rumah yang menjadi cikal bakal berdirinya Joglo Pari Sewu Resto tersebut, terdapat area dapur dan ruang makan. Dapur rumah tersebut tampil cantik dengan kitchen set kayu nan sederhana namun tetap mengedepankan sisi fungsionalnya. Pada bagian tengah ruang dapur terdapat table set kayu bergaya natural yang difungsikan sebagai meja makan. Di sisi sebelahnya juga nampak sebuah ruang makan dengan view langsung menuju bendungan sungai yang begitu menawan. “Satu ruangan yang sekarang difungsikan sebagai ruang makan ini dulunya sempat jadi rumah boneka, yaitu spot foto untuk pengunjung resto. Sempat juga dijadikan homestay yang disewakan bersama dengan kamar tidur lantai atas karena dulu rumah ini sempat tidak saya tinggali. Sekarang kamar tidur lantai atas digunakan sebagai kamar tidur keponakan saya yang tinggal di sini,” pungkas Sally mengakhiri perbincangan. Farhan – red

    PARTNER
    Archira - Architecture & Interior    A + A Studio    Sesami Architects    Laboratorium Lingkungan Kota & Pemukiman Fakultas Arsitektur dan Desain UKDW    Team Arsitektur & Desain UKDW    Puri Desain