EARTH BAG HOUSE Unik Ciamik Berbahan Organik Mahakarya Iswanti
Dewasa ini kerap ditemui banyak rumah yang mengusung konsep tertentu terkait pembuatan, peruntukkan, hingga fungsinya. Salah satu dari banyaknya konsep rumah tersebut ialah rumah berkonsep tahan gempa bumi. Namun, masyarakat selalu mengira untuk mendirikan rumah dengan konsep tersebut memerlukan material beton dan besi-besi berkualitas tinggi. Di mana material tersebut dapat dikatakan jarang diperoleh masyarakat yang masih tinggal di daerah pedesaan, terlebih masuk daerah rawan akan terjadinya gempa bumi. Kendati demikian, saat ini masyarakat dapat memanfaatkan material organik yang bersumber dari alam untuk membuat rumah tahan gempa yang ramah lingkungan dan nyaman untuk dihuni.
Hal tersebut rupanya juga menginspirasi seorang Iswanti dalam membangun rumah pribadinya yang berada di Jalan Raya Prambanan, Taman Pabrik, Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Dari segi arsitekturnya, rumah tersebut memiliki bentuk yang mencolok dan tampak berbeda dengan rumah-rumah lain di sekitarnya. Bangunan rumah yang menghadap tepat ke sebuah lapangan sepakbola di Taman Pabrik ini berbentuk rounded dengan kombinasi atap rumah yang berbentuk kerucut. "Awal membangun rumah, dulu saya ingin punya rumah yang eco-friendly dan banyak unsur-unsur alam di dalamnya. Kebetulan hobi saya memang traveling yang membawa saya banyak melihat bentuk rumah-rumah unik di berbagai negara. Akhirnya tertarik dengan konsep earthbag house ini saat browsing di internet. Bukan hanya unik secara bentuk bangunannya, rupanya konsep rumah tersebut juga tahan terhadap gempa. Cocok diaplikasikan pada daerah rawan gempa seperti di sini," papar wanita asli kota Solo tersebut.
Tak mudah bagi Iswanti untuk meyakinkan orang-orang yang terlibat dalam pembangunan rumahnya. Siapa yang percaya, sebuah rumah tahan gempa bisa dibangun dari karung berisi material alami seperti kapur, tanah, dan jerami. Awalnya, para tukang bangunan yang mengerjakan rumah tersebut tidak percaya bahwa karung beras yang diisi tanah, kapur, dan jerami lantas disusun akan menjadi fondasi yang kuat untuk mendirikan sebuah rumah. Namun Iswanti meyakinkan mereka. Seminggu pertama, Iswanti mengajak para tukang untuk menonton video tentang konsep earthbag house dan proses pembangunan rumah dengan teknik Superadobe yang diunduhnya. "Dua rumah ini membutuhkan 30 dumptruck berisi tanah untuk digunakan sebagai dinding yang didapatkan dari bongkaran selokan mataram dan sisa penggalian embung. Untuk pekerjanya ada 7 meliputi 1 insinyur. Pekerjanya sempat bilang kalau mereka kesini untuk kerja bukan belajar lagi, karena saat itu saya perlihatkan video cara pembangunannya. Akhirnya mereka bisa, dan setelah 2 tahun pengerjaan rumah baru ditinggali tahun 2017," imbuh Iswanti.
Rumah yang berdiri di atas lahan seluas 360 m² tersebut memiliki 3 kamar tidur yang terdapat pada 2 bangunan rounded house utamanya. Sedangkan ruang penghubung di tengahnya digunakan sebagai area dapur dan meja makan. Pada bagian interiornya, konsep alami dihadirkan lewat aplikasi kayu natural yang turut memberikan kesan hangat di dalamnya. Furnitur yang digunakan juga terbilang simpel dan tidak memakan banyak tempat sehingga rumah tidak terkesan sempit. Penggunaan barang-barang bekas pada sisi interior nampak unik seperti botol bekas pada dinding yang berfungsi untuk ventilasi cahaya matahari ke dalam rumah, serta kombinasi velg bekas sepeda motor dan botol selai bekas yang dikreasikan menjadi lampu gantung nan cantik. Keunikan lain pada bagian interior terdapat pada bahan baku dinding yang menggunakan kotoran sapi. Kotoran sapi yang sudah disterilkan dari bakteri dicampur kapur dan jerami lalu ditempelkan ke dinding. Plester alami dari kotoran sapi ini berfungsi sebagai insulasi, menyerap panas, dan menahannya sehingga di dalam rumah tetap sejuk meski di luar panas. Tak hanya itu, pada saat udara di luar dingin, suhu panas yang disimpan oleh campuran kotoran sapi, kapur, dan jerami tersebut akan dilepaskan sehingga suhu di dalam rumah terasa hangat.
Pada bagian rounded house sisi kanan, terdapat satu kamar tidur dengan nuansa natural nan simpel, sedangkan kamar tidur utama terletak pada bagian bangunan sisi kiri. Pada sudut ruangan juga difungsikan sebagai ruang tamu yang didesain lesehan sehingga terkesan lebih santai dan terbuka. Konsep lantai mezzanine diaplikasikan dimana pada lantai atas juga digunakan sebagai kamar tidur. Material kayu nampak mendominasi pada struktur mezzanine tersebut, mulai dari tangga, railing, pagar pembatas lantai atas, hingga bagian lantainya. Dari kamar tidur lantai atas tersebut, terdapat pintu keluar sebagai akses menuju balkon lantai atas. Area tersebut memiliki view nan syahdu nan hijau di sisi barat yang semakin indah ketika momen sunset tiba. Beberapa tanaman hijau dengan beraneka ragam bunga turut memperkuat nuansa natural area balkon.
Iswanti menambahkan, terkait bentuk rumahnya tidak biasa tersebut membuat warga sekitar bertanya-tanya. Namun diakuinya warga sekitar sempat heran karena dari dari tumpukan karung dapat disulap menjadi sebuah tempat tinggal. Selain itu, terkait konsep earthbag house-nya, sempat beberapa kali ia kedatangan mahasiswa jurusan arsitek hingga warga luar negeri yang menanyakan tentang earthbag house miliknya tersebut. "Konsep ini ekonomis, ekologis, dan berbasis komunitas. Jadi semua orang bisa mengerjakannya karena simpel dan materialnya yang organik sudah tersedia di sekitar lingkungan. Kedepannya belum ada rencana membangun lagi, hanya memberesi yang belum selesai saja. Bahkan sudah beberapa orang datang ke rumah untuk mempelajari perihal konsep bangunan yang saya gunakan ini," pungkasnya. Farhan – red