Rumah Berkah, Mungil & Unik
Suatu impian bila diikuti dengan keinginan dan tekad yang kuat, niscaya impian itu akan terwujud. Itulah pegangan hidup seorang V. Kusumantyo Hermintarto, atau yang lebih akrab dipanggil Ivan. Keinginannya sedari dulu untuk memiliki rumah yang menyatu dengan alam dengan nuansa pedesaan telah tercapai. “Saya 9 tahun hidup di kota dan tinggal di dalam perumahan. Keinginan saya suatu hari nanti, saya bisa balik lagi ke desa, “ terang pria yang pernah bekerja di Cikarang, Bekasi ini.
Nampak dari luar, rumah berdinding batu bata ekspos ini sangat sederhana khas rumah-rumah tradisonal yang berada di pedesaan. Pada bagian atas genting bertengger patung ayam jago yang seolah-olah sedang berkokok menyambut datangnya pagi. Hunian yang memanfaatkan tanaman herbal sebagai pagar hidup mengelilingi sebuah kebun dan taman yang terdapat di pekarangan depan. Beberapa pohon mangga yang rindang mengisi taman dan memayungi sebuah kolam ikan. Uniknya, kolam ikan ini tidak menggunakan perkerasan pada bagian dindingnya tapi dibiarkan menggunakan tanah jadi seolah-olah seperti empang.
Nuansa desa sangat terasa ketika menuju ke pintu depan. Kita akan melewati sebuah jalan setapak dengan perkerasan yang terbuat dari batu bata yang disusun rapi menjalar. Guci berukuran sedang terbuat dari gerabah menghiasi sisi kiri pintu masuk model klasik yang terdiri dari dua daun pintu. Kesan klasik pada pintu diperkuat dengan engselnya yang unik berupa cincin besi yang menempel pada daun pintu. Melangkah masuk melintasi pintu, kita akan bertemu dengan ruang tamu. Ruangan ini begitu nyaman dan segar dengan banyaknya bukaan berupa jendela-jendela yang menyatu dengan dinding batu bata ekspos. Beberapa kursi dari anyaman rotan yang didapatkan di daerah Magelang mendominasi ruang tamu tersebut. “ Sebetulnya ruang tamu ini merupakan ruang tambahan. Rencananya dulu, ini mau saya jadikan ruang belakang sedangkan ruang belakang (sekarang) menjadi ruang depan. Berhubung banyak tamu dan kerabat yang berkunjung lewat pintu belakang dan mengira pintu belakang sebagai pintu depan maka saya buat ruang tamu di sini. Intinya saya membebaskan mereka mau lewat belakang boleh, mau lewat depan juga boleh,” beber Ivan sembari terkekeh.
Sebuah cermin berukuran sedang dengan kerangka batang kayu pipih yang masih menggoreskan urat-uratnya tampil cantik di sudut ruang. Beberapa patung-patung itik yang terbuat dari akar bambu terletak di depan cermin tersebut sedangkan di sudut lain dihiasi dengan beberapa perabotan dapur yang terbuat dari gerabah seperti anglo, kendi, periuk. “Penempatan cermin yang menghadap ke pintu konon dipercaya dapat mengusir aura jahat yang masuk, syukur-syukur bisa begitu. Selain memperindah, penempatan di sini lebih karena ruang tidur saya sudah penuh barang, “ terang Ivan yang sehari-hari menggeluti wirausaha di bidang kuliner.
Melangkah lebih dalam, kita akan menjumpai bangunan utama yang luas dan lapang. Sebuah meja kayu bulat dengan hiasan pohon cemara mini, telepon kuno, dan jam weker kuno terletak di atas meja akan menyambut kita. Sebuah ruang doa yang diberi nama Ruang Doa Universal terletak di sisi kiri pada bangunan.Dinding depan ruang doa universal terbuat dari batang bambu yang masih bulat disusun menumpuk ke atas menambah kesan artistik. Dinding dari batang bambu itu dihiasi dengan wayang punakawan yang ditata berurutan sesuai silsilah, Semar, Gareng, Petruk, dan tak ketinggalan si jenaka, Bagong. Selain wayang punakawan juga terdapat untaian padi yang tergantung di atas pintu sebagai perlambang Dewi Sri, dewi kesuburan. Lantai bagian dalam ruang doa berbentuk model panggung dan lebih tinggi dari dan semua lantai yang berada di rumah Ivan. Dinding bagian dalam terbuat dari anyaman bambu yang dipernis ulang. Beberapa foto dan gambar tokoh terkenal terpajang di ruang doa, semisal Paus Yohanes Paulus II, Sri Sultan Hamengku Buwono IX hingga tokoh legendaris Gajah Mada. Sebuah lampu petromak tergantung di atap sebagai penerangan dengan pijarnya yang remang-remang menambah suasana religius ruang tersebut. “ Ruang doa ini bersifat universal, artinya untuk semua jenis agama dan bukan hanya tuan rumah saja yang boleh menggunakannya. Banyak kawan-kawan saya yang lintas agama berdoa di sini. Jika kamu nyaman berdoa di sini, silakan saja,” ujar Ivan. “Ruang doa ini memang saya sengaja dari awal berbentuk model panggung karena Tuhan selalu berada di atas kita,” tambahnya.
Di tengah bangunan terdapat ruangan yang menurun ke bawah yang dimanfaatkan sebagai ruang keluarga dan ruang santai. Untuk menuju ruang ini kita harus meniti beberapa anak tangga dengan railing batang bambu di sisi kanan kirinya. Railing tersebut juga berfungsi sebagai pembatas sehingga orang tidak akan jatuh terperosok.” Menurut falsafah Jawa, manusia itu harus membumi makanya ruang keluarga ini saya buat agak menurun beberapa langkah,” beber Ivan. Ruang keluarga ini menggunakan lantai parquet coklat menimbulkan kesan hangat. Sebuah karpet terhampar di tengah ruangan yang berdinding batu bata ekspos dipadu dengan dinding anyaman bambu atau gedek pada bagian atasnya. Beberapa foto keluarga menghiasi dinding di sisi kiri ruangan. Sebuah TV dan beberapa peralatan elektronik berada di ujung ruangan. Sebuah jendela dengan teralis kayu begitu padu dengan topeng-topeng serta beberapa hiasan keramik yang menghiasi dinding bagian belakang.
Dari ruang keluarga jika melangkah ke sisi selatan kita akan menjumpai sebuah mesin jahit model kuno yang masih menggunakan engkol menyatu pada sebuah meja kayu yang panjang. Ruang itu merupakan ruang kerja istri Ivan yang berprofesi sebagai penjahit. Melangkah lebih lanjut kita akan menjumpai sebuah dapur. Ruang menjahit dengan dapur didesain berhadap-hadapan hanya dipisahkan oleh sketsel tiga pintu sehingga memudahkan sang istri untuk melakukan aktifitasnya. Pada bagian belakang rumah terdapat sebuah teras dengan pemandangan taman kecil di depannya. Sebuah kaca beraneka warna diletakkan di kerangka segitiga pada atap bangunan sehingga ketika tertimpa sinar matahari menimbulkan pendar cahaya yang unik dan berfungsi sebagai penerang sehingga tidak perlu menyalakan lampu ketika siang. Rumah yang beralamat di Mejing Wetan RT 01/RW 07, Ambarketawang, Gamping, Sleman ini pada desain awalnya ingin seperti karya Romo Mangun yang berada di Sendang Sono. “Saya kagum dengan karya-karya Romo Mangun. Gaya arsitekturnya selalu menggunakan material alam dan dekat dengan alam. Dan saya mencoba menerapkannya dalam rumah ini” beber Ivan.
Rumah yang berdiri sejak tahun 2009 dan di area seluas 632 m² ini didesain oleh Ir. Thomas Sukarto yang juga merupakan sahabat Ivan. Ivan menyebut huniannya sebagai Rumah Berkah. Berkah karena impiannya tercapai untuk kembali ke kampung halaman dan mempunyai rumah dengan suasana desa tapi berada di kota dengan akses yang mudah. Rumah ini juga pernah menjadi posko ketika bencana Merapi meletus beberapa tahun yang lalu. “Saya melakukan penggalangan dana dengan menghubungi teman-teman yang berada di Jakarta dan mengajak pemuda sekitar untuk menyalurkan bantuan untuk korban Merapi. Ke depannya, harapan saya ingin menjadikan rumah ini sebagai pendampingan anak sehingga juga menjadi berkah bagi orang-orang di sekitar,” ujar Ivan sembari tersenyum menutup pembicaraan siang itu. (Ganang-Red)