Pasang IKLAN BARIS GRATIS! DAFTAR | LOGIN


Rumah Loji Kolonial Nostalgia & Impian Aris Suharyanta

    Aris Suharyanto bersama istri & kedua putranya
    Rumah Loji Kolonial Nostalgia & Impian Aris Suharyanta
    Ruang tamu dengan furnitur & dekorasi barang vintage
    Ruang keluarga dengan dominasi furnitur kayu lawasan ala rumah Jawa
    Kamar tidur dengan ranjang kuno namun nyaman

    Rumah Loji sebenarnya sebutan orang Jawa untuk rumah tinggal yang memiliki bentuk arsitektur kolonial. Kata loji sendiri mempunyai arti rumah yang besar, bagus, dan berdinding tembok. Diambil dari bahasa Belanda, loge, namun setelah diucapkan oleh orang Jawa menjadi loji. Pada awalnya rumah rumah Loji hanya dibangun oleh kalangan Belanda, sedangkan kalangan Jawa masih tinggal dan membangun tempat tinggalnya dengan bentuk-bentuk rumah tradisional, terutama berbentuk rumah Joglo. Oleh karena itu beberapa bekas wilayah pemukiman Belanda juga sering disebut sebagai kawasan Loji oleh orang-orang Jawa seperti Loji Kecil, Loji Kebon, Kidul Loji (Yogyakarta), atau Loji Wurung (Surakarta).

    Umumnya, rumah-rumah bergaya Kolonial seperti rumah Loji memiliki kesan pertama seperti rumah tua atau bergaya kolonial kuno yang klasik dan merupakan bangunan-bangunan yang dibangun sebelum atau pada periode awal kemerdekaan Indonesia. Namun, kini banyak orang yang mulai menyuntikkan unsur modern pada desain rumah Loji sehingga mulai banyak orang yang mencoba menerapkannya pada desain rumah mereka. Terlebih lagi, desain rumah Loji sarat akan detail-detail dan pengolahan bentuk klasik yang elegan sehingga tetap digemari hingga kini. Seperti seorang Aris Suharyanta, S. Sos, MM. yang membangun hunian pribadinya dengan konsep rumah Loji di daerah Bantul Karang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta. “Berawal dari kecintaan saya terhadap hal-hal yang berbau klasik, termasuk juga desain bangunan. Jadi saat itu saya terinspirasi dari bangunan restoran fast food di kawasan jalan Sultan Agung, Yogyakarta yang menggunakan bangunan cagar budaya. Desainnya bergaya rumah Loji kolonial dan kelihatan megah. Sepertinya kalau desain seperti itu diterapkan untuk rumah tinggal akan menarik. Akhirnya saat membangun rumah tinggal, saya memilih untuk mengaplikasikan desain rumah Loji,” ungkapnya.

    Gaya arsitektur Indis nampak sangat kental pada bangunan rumah yang berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 498 meter persegi tersebut. Fasad rumah dengan dominasi nuansa putih tersebut benar-benar merepresentasikan gaya bangunan rumah Loji dengan pilar-pilar depan yang nampak kokoh sebagai struktur penyangga bangunan utama bagian depan. Pada sisi area halaman depan yang cukup luas, terdapat pot-pot tanaman berukuran besar berpadu dengan lantai batu alam memberikan unsur natural pada area tersebut. Pada bagian fasad depan juga nampak jendela-jendela klasik dan aksen lisplang pada bagian atap teras yang semakin memperkuat konsep yang diusung.
    Aplikasi batu alam pada dinding teras depan memberikan kesan cantik dan tidak kaku pada bangunan rumah tersebut. Meja dan kursi klasik berbahan kayu nampak tertata apik berpadu dengan lantai tegel motif melengkapi tata dekorasi ruangan. Lampu gantung kuno nampak menggantung indah di area teras depan. Bangunan berwarna putih gading ini menegaskan dominasi gaya kolonial dalam rancangannya. Pengaruh gaya tersebut juga terlihat dari pintu dan jendela kayu dengan ukuran yang cukup besar. “Pada proses pembangunan rumah ini, salah satu hal yang paling merepotkan ketika mencari engsel dan kunci pintu klasik. Karena kunci pintu klasik yang dijual pada umumnya tidak sepanjang ukuran pintu rumah ini. Jadi mau tidak mau saya harus memesan custom untuk mendapatkan ukuran yang sesuai, begitu pun dengan engsel pintunya,” imbuh pria yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Bantul tersebut.

    Masuk ke dalam area rumah yang diresmikan langsung oleh Bupati Bantul, Drs. H. Suharsono tersebut, terdapat area ruang tamu dengan dekorasi furnitur dan pernak-pernik klasik khas rumah kolonial. Dengan luas bangunan 170 m2, desain ruang tanpa sekat dipilih agar ketika di dalam rumah tidak terkesan sempit dan terlalu penuh. Pada bagian ruang tamu, terdapat table set kayu klasik yang lazim ditemui pada rumah-rumah kolonial pada jaman dahulu. Tepat di tengah ruangan terdapat sebuah gebyok kayu klasik yang juga difungsikan sebagai pembatas ruang tamu dengan ruang keluarga. Sebuah jam bandul kuno yang ditempatkan tepat di depan gebyok menjadi pelengkap dekorasi ruangan bernuansa klasik. “Kebanyakan furnitur dan pernak-pernik lawasan yang ada di rumah ini merupakan barang peninggalan kakek nenek. Kebetulan karena saya juga sangat suka dengan benda antik jadi saya openi barang-barang tersebut, bahkan sejak tinggal di rumah yang lama,” ujar Aris.

    Beralih menuju area ruang keluarga dari rumah yang memakan waktu hingga 10 bulan dalam masa pembangunannya tersebut, nampak table set rotan pada area living room dengan desain simpel nan klasik. Pada sudut ruang makan terdapat sebuah cabinets kuno yang juga difungsikan untuk menaruh televisi dengan hiasan berbagai barang-barang klasik koleksi dari owner. Pada sudut ruangan tepat di sebelah area ruang keluarga, terdapat sebuah meja makan dan dapur dengan nuansa klasik yang tetap dipertahankan. Aksen kayu pada bagian kitchen set memberikan kesan klasik pada sisi area dapur. Sementara itu table set kayu solid difungsikan sebagai meja makan memberikan kesan natural di dalam ruangan. Hal menarik terdapat pada sisi belakang area ruang makan yang terkoneksi langsung dengan sebuah pintu keluar dimana terdapat sebuah area halaman belakang berkonsep semi outdoor. Pada halaman belakang tersebut digunakan untuk taman hijau dengan berbagai tanaman hias yang tumbuh subur. Area halaman belakang tersebut juga terhubung langsung dengan garasi yang terletak di samping rumah. Area garasi tersebut juga mempunyai pintu akses langsung menuju ke dalam ruangan. Hal tersebut memungkinkan sirkulasi udara yang maksimal ketika pintu dibuka, sehingga di dalam ruangan akan terasa lebih sejuk.

    Hunian milik pria asli kelahiran Bantul tersebut memiliki 3 kamar tidur. Di bagian samping living room terdapat dua ruangan yang difungsikan sebagai kamar tidur anak-anak kesayangannya. Sedangkan kamar tidur utama terletak di sisi lain yang juga masih bersebelahan dengan ruang keluarga. Pada bagian kamar tidur utama tersebut didesain lebih simpel dengan sentuhan-sentuhan unsur klasik di dalamnya. Ranjang tidur besi berukuran king size lengkap dengan kain kelambu sebagai penghalau nyamuk menjadi daya tarik utama dari kamar tidur utama. Furnitur yang digunakan seperti almari dan bifet kayu lawasan semakin memperkuat kesan klasik di dalam kamar tidur. “Kalau dibilang bahwa rumah merupakan cerminan dari siapa pemiliknya, memang saya setuju dengan ungkapan tersebut. Ya, dapat dikatakan bahwa rumah ini adalah rumah hobi bagi saya, karena segala sesuatu mulai dari desain bangunan hingga pernak-pernik di dalamnya merupakan representasi dari segala kecintaan saya terhadap hal-hal berbau klasik,” pungkas Aris mengakhiri perbincangan. Farhan – red

    PARTNER
    Archira - Architecture & Interior    A + A Studio    Sesami Architects    Laboratorium Lingkungan Kota & Pemukiman Fakultas Arsitektur dan Desain UKDW    Team Arsitektur & Desain UKDW    Puri Desain