Limasan Lawas Pengejawantahan Cinta & Nostalgia Cak Su'ud
Kecintaan seseorang terhadap suatu hal, bila diwujudkan akan menghasilkan sesuatu yang amat bernilai bahkan syarat akan makna di dalamnya. Kecintaan Suhud terhadap rumah Jawa contohnya, bermula dari keprihatinan beliau kepada rumah tradisional Jawa yang mulai diperjual belikan dan bahkan dibeli oleh orang asing. Hal tersebut membuat beliau tergerak hatinya untuk menjaga dan mendirikannya sebagai hunian pribadinya. “Saya dulu tinggal di daerah Miliran, Yogyakarta, yang notabene adalah daerah yang cukup padat, namun saya merasa sangat prihatin ketika menyaksikan banyak rumah Jawa diperjual belikan, bahkan diekspor hingga keluar negeri. Kemudian saya memutuskan untuk membangun rumah di sini dengan konsep rumah Jawa kampung. Jadi hal tersebut merupakan salah satu upaya saya menjaganya dengan membeli satu dulu yaitu rumah Limasan lawas,” ujarnya semangat.
Bapak dua anak tersebut juga menuturkan keinginannya melestarikan warisan nenek moyang, agar anak cucunya tidak hanya mendengar cerita bahwa dulu pernah ada rumah Jawa, tetapi benar-benar merasakan tinggal di rumah khas Jawa. Rumah Limasan asli peninggalan nenek moyang ini memang sudah sangat jarang ditemui. Bentuk bangunan yang unik dan artistik menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian orang sehingga tetap mempertahankan konsep rumah Jawa sebagai salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan.
Rumah Jawa kampung dipilih Cak Su'ud, sapaan akrab pemilik rumah, karena lebih dapat menyatu dengan kawasan tempat tinggalnya di dusun Kembang Songo, Trimulyo, Jetis, Bantul, Yogyakarta tersebut yang masih cukup asri dan berada tepat di tepi aliran sungai Opak. Fasad depan bangunan rumah nampak begitu sederhana dan menyatu dengan alam sekitarnya yang di dominasi oleh unsur kayu. Terdapat sebuah teras rumah sederhana dengan meja dan kursi sebagai tempat untuk bersantai. Di bagian depan teras juga terdapat taman kecil dengan tumbuhan hijau yang memperkuat kesan natural pada rumah tersebut. “Karena rumah ini lokasinya berada di ujung jalan dan tepat di tepi sungai, jadi tidak berisik oleh lalu lalang kendaraan. Kadang hanya beberapa orang yang akan memancing di sungai saja yang lewat sini. Suasananya sangat berbeda kalau dibandingkan dengan rumah sebelumnya di Miliran, di sini sangat tenang,” ujar Su'ud.
Bangunan rumah yang berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 85 m² tersebut memiliki cerita yang cukup menarik saat masa pembangunannya. Hampir seluruh desain bangunannya digambar sendiri oleh pria yang mempunyai latar belakang pendidikan arsitek tersebut. Bangunan lawasan yang sudah diperoleh tersebut akhirnya disesuaikan dengan luasan lahan yang ada. “Dulu saat membangun rumah ini hampir seluruh desain dan bentuknya saya kerjakan sendiri sesuai keinginan saya. Kemudian untuk mendirikan bangunan intinya sendiri hanya membutuhkan waktu kurang lebih 2 hari saja, karena saat itu saya langsung mendatangkan tukang dari luar kota jadi sebisa mungkin diselesaikan dalam waktu cepat agar biaya yang harus dikeluarkan tidak membengkak,” kekehnya.
Memasuki bangunan rumah yang telah ditempati selama kurang lebih 2 tahun tersebut, nuansa khas rumah Jawa kampung nampak begitu unik dengan kombinasi pernak-pernik berbau motor klasik. Suhud berusaha memasukkan unsur otomotif yang telah lama digelutinya tersebut ke dalam huniannya dengan begitu proper. Menurutnya desain rumah Jawa yang didominasi material kayu cukup unik ketika dipadukan dengan nuansa otomotif dengan sedikit penyesuaian. “Kecintaan saya terhadap dunia motor dan juga rumah tradisional yang berusaha dituangkan ke dalam rumah pribadi saya ini. Jadi mendapat kepuasan tersendiri ketika dua hal yang saya cintai dapat ditemui setiap hari ketika di rumah,” tambah Suhud.
Di bagian depan terdapat area ruang tamu bernuansa sederhana nan hangat terdapat table set rotan bergaya klasik yang semakin memperkuat konsep yang diusung. Pada sudut ruangan terdapat sebuah motor klasik BSA koleksi kesayangan Suhud yang sekaligus menjadi dekorasi ruang tamu. Pada dindingnya dihiasi berbagai pernak-pernik wood sign bergambar merk-merk pabrikan motor klasik favorit pemilik rumah, menjadikan nuansa otomotif di dalam rumah semakin kental. Wood sign tersebut merupakan hasil karya Suhud yang dibuatnya dari sisa-sisa papan kayu yang diperolehnya, kemudian dipahat hingga menjadi kerajinan tersebut. “Jadi ketika ada waktu luang di rumah begitu saya iseng-iseng memahat kayu sisa yang saya dapat. Idenya saat itu membuat tulisan berbagai merk motor klasik favorit saya karena memang hanya akan saya pakai sendiri. Namun saat itu ada teman datang kerumah dan suka dengan hasil karya saya dan ingin dibuatkan sesuai keinginannya. Akhirnya saat ini jadi banyak pesanan untuk dibuatkan wood sign seperti itu,” tambah pria asli Pati tersebut.
Pada sisi ruang tengah difungsikan sebagai ruang keluarga dimana Suhud banyak menghabiskan waktu bercengkrama bersama anggota keluarganya. Area ruang keluarga tersebut didesain terbuka dengan meminimalkan aplikasi furnitur di dalamnya sehingga kesan ruangannya menjadi nampak luas. Dinding kayu dengan berbagai hiasan yang mempercantiknya difungsikan sebagai penyekat antara ruang keluarga dengan kamar tidur utama. Sebuah lampu gantung klasik menjadi pelengkap dekorasi ruangan tersebut. Tepat di ujung ruang keluarga, terdapat sebuah area ruang makan yang menjadi satu dengan dapur. Table set kayu bergaya vintage menjadi fasilitas ruang makan. Sebuah dinding kayu lawasan menjadi latar area ruang makan, lengkap dengan sebuah lukisan hasil karya Suhud yang terpampang cantik menghiasinya. Pada bagian dapur tampil simpel dengan kitchen set kayu yang berpadu dengan aksen keramik bernuansa putih nan cantik.
Kamar tidur utama terletak bersebelahan dengan area ruang keluarga dengan desain simpel yang masih tetap diusung di dalamnya. Sebuah tempat tidur kayu klasik menjadi fasilitas utama di dalam ruangan tersebut, berpadu dengan unsur kayu yang mendominasi seluruh area kamar menjadikan nuansa hangat nan nyaman. Kamar tidur tersebut memiliki akses langsung menuju bathroom dengan konsep semi outdoor yang cukup menarik. Kamar mandi terbuka tersebut memiliki sentuhan unsur tropis dengan adanya tanaman hijau di dalamnya, memberikan suasana yang menyejukkan di dalamnya. “Sebenarnya desain kamar mandi ini awalnya hanya iseng saja untuk memanfaatkan space yang ada. Karena setahu saya juga kamar mandi di rumah kampung jaman dahulu pun banyak yang berkonsep terbuka seperti ini. Namun untuk di rumah ini sedikit saya masukkan unsure tropis agar lebih menarik,” imbuh Suhud.
Pada bagian belakang rumah difungsikan sebagai workshop untuk mengerjakan motor yang juga merupakan profesi sampingan dari Suhud. Tepat di samping bengkelnya, terdapat sebuah ruang terbuka belakang dengan kolam ikan yang dilengkapi mini fountain sebagai penguat nuansa natural pada rumah tersebut. “Untuk bagian belakang rumah memang sengaja saya fungsikan sebagai bengkel motor. Jadi memang selain sebagai hobi namun juga profesi sampingan saya mengerjakan restorasi dan custom motor-motor klasik. Kolam ikan dibagian belakang ini memberikan nuansa alam di rumah, jadi bukan hanya suara motor saja namun juga suara gemericik air yang menenangkan,” pungkas Suhud. Farhan-red